Catatan Edy Musyadad, Ketua Koperasi Serba Usaha Mandiri
Ada perbedaan penting yang dapat kita rasakan antara koperasi yang berdiri dan memiliki kantor dengan koperasi yang berdiri tanpa kantor yang bergerak di desa-desa saat ini. Kalau yang punya kantor biasanya, antar anggota dan pengguna jasanya bisa jadi saling tidak kenal, tetapi sebaliknya koperasi di desa semua orang saling kenal, termasuk pengurusnya.
Namun, perbedaan yang dapat kita rasakan adalah bahwa koperasi yang hidup dari keuntungan uang semata tidak pernah punya cita-cita untuk membangun lingkungan sekitarnya, didirikan tidak punya tujuan menyelesaiakan persoalan ekonomi anggota. Tetapi didirkan hanya untuk uang, uang dan uang. Berbeda dengan koperasi yang berdiri dan bergerak di desa-desa saat ini, mereka mendirikan koperasi juga untuk media berkumpul sehingga mereka saling membicarakan persoalan-persoalan anggota yang dihadapi. Tentu saja koperasi dapat menjadi bagian penyelesaian masalah ekonomi warganya. Namun yang jauh lebih pokok adalah berdirinya koperasi di desa-desa itu adalah dalam rangka menggerakan sumberdaya modal yang tercerai berai di rumah-rumah penduduk kemudian dikumpulkan menjadi satu dalam koperasi melalui simpanan pokok, simpanan wajib dan simpanan sukarela. Dengan demikian modal yang selama ini menjadi kendala dasar warga desa yang berprofesi sebagai petani secara langsung dapat dipenuhi.
Untuk itu UMKM Kab. Simalungun mempunya agenda untuk memajukan usaha Mikro kecil dan Menengah untuk mengangkat pendapatan para pengusaha mikro khususnya di daerah Kab. Simalungun. Suherman, ST selaku ketua mengatakan bahwa banyak "mutiara" daerah yang jika di publikasikan ke luar daerah maka keberhasilan akan diraih.
Melihat
gerakan koperasi yang sudah mulai menunjukan perjuangan kedaulatan
ekonomi ini, patut diberikan acungan jempol bagi kader-kader yang ada di
massing-masing koperasi desa, dimana mereka menjadi penggerak dan
tumpuan koperasi. Kader-kader itu adalah salah satu tokoh penting dalam
keberhasilan gerakan koperasi. Kedepan, kader-kader ini harus bergerak
ke desa-desa lain untuk mendorong dan membantu berdirinya koperasi.
Misalnya, di Jombang ada koperasi Mamkari Ngrandu, disana ada kader yang
bernama Sutiyar. Maka, menjadi tanggung jawab moral kader Sutiyar untuk
terbentuknya sebuah koperasi di desa sebelah Ngrandu. Hal yang sama di
Mojokerto yang ada koperasi Al-Barokah Warugunung Pacet. Kader di
Warugunung harus mendorong di desa sekitarnya untuk mendirikan koperasi.
Pun begitu dengan akder-kader lain yang sudah ada di desa-desa. Kita
punya misi untuk membangun desa-desa melalui koperasi.
Kalau hal ini bisa kita lakukan terus menerus, dalam dua atau tiga tahun kedepan tidak mustahil kita bisa menjadi penguasa di desa-desa, penguasa di kabupaten, penguasa di Jawa Timur. Penguasa dalam arti kita tidak dikuasi dan dirugikan oleh pemerintah dan aktor-aktor yang berlawanan dengan kepentingan rakyat. Kita berkuasa atas sumber daya alam kita sendiri, berkuasa atas keinginan kita sendiri, berkuasa untuk mengelola dan memajukan desa kita.
Perlu saya paparkan, saat ini di Jombang sudah ada 30an kelompok baik yang sudah berkoperasi maupun menuju koperasi. Di Kediri ada sekitar 33 kelompok baik yang sudah berkoperasi maupun menuju koperasi. Di Mojokerto ada 3 kelompok (satu koperasi). Madiun, ada 15 kelompok dan 3 yang sudah berkoperasi. Dan di Nganjuk ada 4 kelompok (satu yang berkoperasi). Dari angka tersebut jika tahun depan sudah berkoperasi semua, maka terkumpul 84 koperasi yang tersebar di 84 desa di 5 Kabupaten. Angka ini belum termasuk dalam perkembangan kader-kader koperasi yang mengembangkan di desa-desa lain. Maka, dapat dipastikan kita adalah kumpulan soko guru gerakan membangun desa yang akan dicatat dalam sejarah perjuangan kedaulatan rakat. Kelak, kita akan menjadi pahlawan kecil di desa kita masing-masing.
Singkat kata, membangun desa dengan berkoperasi adalah cara kecil kita dalam berjuang. Selamat, bekerja di masing-masing koperasi. Dan sampai bertemu dalam pertemuan-pertemuan antar koperasi.
Kalau hal ini bisa kita lakukan terus menerus, dalam dua atau tiga tahun kedepan tidak mustahil kita bisa menjadi penguasa di desa-desa, penguasa di kabupaten, penguasa di Jawa Timur. Penguasa dalam arti kita tidak dikuasi dan dirugikan oleh pemerintah dan aktor-aktor yang berlawanan dengan kepentingan rakyat. Kita berkuasa atas sumber daya alam kita sendiri, berkuasa atas keinginan kita sendiri, berkuasa untuk mengelola dan memajukan desa kita.
Perlu saya paparkan, saat ini di Jombang sudah ada 30an kelompok baik yang sudah berkoperasi maupun menuju koperasi. Di Kediri ada sekitar 33 kelompok baik yang sudah berkoperasi maupun menuju koperasi. Di Mojokerto ada 3 kelompok (satu koperasi). Madiun, ada 15 kelompok dan 3 yang sudah berkoperasi. Dan di Nganjuk ada 4 kelompok (satu yang berkoperasi). Dari angka tersebut jika tahun depan sudah berkoperasi semua, maka terkumpul 84 koperasi yang tersebar di 84 desa di 5 Kabupaten. Angka ini belum termasuk dalam perkembangan kader-kader koperasi yang mengembangkan di desa-desa lain. Maka, dapat dipastikan kita adalah kumpulan soko guru gerakan membangun desa yang akan dicatat dalam sejarah perjuangan kedaulatan rakat. Kelak, kita akan menjadi pahlawan kecil di desa kita masing-masing.
Singkat kata, membangun desa dengan berkoperasi adalah cara kecil kita dalam berjuang. Selamat, bekerja di masing-masing koperasi. Dan sampai bertemu dalam pertemuan-pertemuan antar koperasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar