Saat ini perekonomian di dunia sedang
mengalami krisis keuangan global. Krisis tersebut berasal dari Amerika karena
salah memberikan pinjaman kredit. Ketika terjadi kenaikan suku bunga hal ini
memicu terjadinya kredit macet pada sektor perumahan. Imbas kejadian tersebut
terhadap perbankan yang melakukan pembiayaan terhada pembangunan properti.
Kemudian imbasnya juga dirasakan terhadap sektor-sektor ekonomi lain sehingga
mengguncang perekonomian perekonomian Amerika.
Berdasarkan
pengalaman tersebut, menunjukkan bahwa sektor properti sangat rentan terhadap
guncangan ekonomi serta dampak negatifnya mampu meruntuhkan perekonomian suatu
negara. Sektor properti merupakan salah satu indikator bangkitnya kondisi makro
ekonomi suatu negara. Pembangunan properti yang naik cukup pesat menandakan
mulai adanya perbaikan ekonomi yang signifikan ke arah masa depan yang lebih
baik. Hal ini karena sektor properti telah menjadi kebutuhan primer bagi
masyarakat Indonesia. Tingginya permintaan tentu saja akan berimplikasi pada
pertumbuhan industri properti. Terbukanya peluang bisnis properti secara
otomatis memberi peluang bagi bisnis-bisnis pendukung seperti konsultan,
pialang, agen-agen properti dan industri yang menopang bisnis properti seperti
industri semen, cat, besi, kayu, dan sebagainya. Sehingga bergairahnya bisnis
properti akan mampu menciptakan kesempatan kerja serta meningkatkan pertumbuhan
ekonomi. Sebaliknya kehancuran bisnis properti juga merupakan kehancuran bagi
sektor-sektor terkait lainnya seperti perbankan, bursa saham, industri-industri
penopang properti serta kehancuran sektor ekonomi. Oleh karena itu pembahasan mengenai
bisnis properti di Indonesia serta keterkaitannya terhadap guncangan-guncangan
variabel makro. Pembahasan ini bertujuan untuk mengetahui dampak guncangan
variabel makro terhadap bisnis properti serta dampak guncangan bisnis properti
terhadap perekonomian di Indonesia.
Sementara
itu perekonomian nasional merespon fluktuatif guncangan yang terjadi pada bisnis
properti. Penjelasan ini hanya menganalisis dampak respon bisnis properti
ketika terjadi guncangan ekonomi, tidak menganalisis sebelum terjadinya
guncangan. Sebaiknya kita mengetahui apa itu definisi bisnis prperti dan
pengertian investasi.pengertian bisnis properti adalah sebuah usaha yang
berkaitan dengan semua hal yang berwujud kebendaan, terdapat hak atas
kepemilikan, dan mempunyai masa waktu dari pemakaian sedangkan pengertian investasi
adalah permintaan terhadap jumlah barang modal bergantung terhadap tingkat
bunga yang mengukur biaya dari dana yang digunakan untuk membiayai investasi.
Agar proyek investasi menguntungkan, hasilnya (penerimaan dari kenaikan
produksi barang dan jasa di masa depan) harus melebihi biayanya (pembayaran
untuk dana pinjaman). Jika suku bunga meningkat, maka lebih sedikit proyek
investasi yang menguntungkan, dan jumlah barang-barang investasi yang diminta
akan turun.
Berdasarkan
teori dan konsep yang relevan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi
investasi, maka yang mempengaruhinya adalah sebagai berikut :
1. Nilai kapitalisasi proyek properti berpengaruh positif terhadap bisnis
properti.
2. Pertumbuhan ekonomi berpengaruh positif terhadap nilai kapitalisasi
proyek properti.
3. Suku bunga berpengaruh negatif terhadap nilai kapitalisasi proyek
properti.
4. Total kredit properti berpengaruh positif terhadap nilai kapitalisasi
proyek properti.
5. NPL (Non Perform Loan) berpengaruh negatif terhadap nilai
kapitalisasi proyek properti.
6. IHSG berpengaruh positif terhadap nilai kapitalisasi proyek properti.
7. Nilai tukar berpengaruh negatif terhadap nilai kapitalisasi proyek
properti.
8. Inflasi
berpengaruh positif terhadap nilai kapitalisasi proyek properti.
Dalam rangka
melanjutkan proses pemulihan ekonomi, pemerintah terus mengupayakan pertumbuhan
ekonomi yang tinggi dan berkesinambungan. Pada tahun 2001 nilai pertumbuhan
ekonomi Indonesia berada pada kisaran 3,9 persen, meningkat tajam dari nilai
pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 1999 yang hanya mencapai angka 0,2
persen. Hal ini terus berlanjut hingga akhir tahun 2008, walaupun terdapat
sedikit penurunan pada tahun 2008 akibat krisis ekonomi global, namun rata-rata
pertumbuhan ekonomi meningkat dan relatif konsisten dari tahun ke tahun.
Pertumbuhan ekonomi mengalami peningkatan dari 3,9 persen pada tahun 2001
hingga mencapai 6,1 persen pada tahun 2008.
Terus
meningkatnya pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain
faktor eksternal yaitu meningkatnya pertumbuhan ekonomi dan perdagangan dunia,
dan faktor internal yaitu membaiknya kinerja ekonomi Indonesia terutama
didukung oleh komitmen yang tinggi dari pemerintah dalam melanjutkan pemulihan
ekonomi melalui perbaikan fundamental ekonomi dan pemulihan kepercayaan
masyarakat. Perkembangan industri properti di Indonesia saat ini nampaknya
menunjukkan pertumbuhan yang cukup meyakinkan. Hal ini ditandai dengan maraknya
pembangunan proyek-proyek properti seperti perumahan, apartemen, hotel, serta
pusat-pusat perbelanjaan. Dapat dilihat saat ini promo mengenai produk-produk
properti begitu gencar dan marak di berbagai media baik itu media massa ataupun
media elektronik.
Selain
itu perkembangan tersebut dapat dilihat dari nilai kapitalisasi proyek properti
yang meningkat secara signifikan sejalan dengan maraknya pembangunan di sektor
properti. Terbukanya peluang bisnis properti secara otomatis memberi peluang
bagi bisnis-bisnis pendukung seperti konsultan, pialang, agen-agen properti dan
industri yang menopang bisnis properti ini seperti industri semen, cat, besi,
kayu, beton, dan sebagainya. Oleh karena itu dari perspektif makroekonomi,
industri properti memiliki cakupan usaha yang cukup luas, sehingga bergairahnya
bisnis properti pada gilirannya akan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi
dan lapangan kerja.
Oleh
sebab itu, bisnis properti menjadi indikator penting bagi pertumbuhan ekonomi
suatu negara. Perkembangan industri properti Indonesia saat ini tentunya tidak
terlepas dari dukungan pembiayaan industri perbankan dalam bentuk kredit
properti. Seperti yang kita ketahui bahwa sumber dari kredit properti berasal
dari dana pihak ketiga yang bersifat jangka pendek. Sementara investasi
properti lebih bersifat jangka panjang. Hal ini bisa menimbulkan ketidaksesuaian
jatuh tempo karena sumber dananya yang sewaktu-waktu dapat ditarik oleh
masyarakat.
Ketergantungan
terhadap pembiayaan dari perbankan inilah yang membuat industri properti di
Indonesia dipengaruhi oleh kebijakan perbankan ataupun lembaga keuangan
termasuk Bank Indonesia. Akibat ketergantungan ini pulalah yang membuat bisnis
properti sangat rentan terhadap guncangan ekonomi. Dari 3 variabel yang
berpengaruh secara signifikan terhadap investasi bisnis properti, terdapat 2
variabel yang apabila variabel tersebut meningkat sebesar satu persen akan
membuat bisnis properti mengalami penurunan. Kedua variabel tersebut adalah
laju inflasi dan Non Perform Loan (NPL). Sementara variabel nilai
kapitalisasi proyek properti justru membuat bisnis properti mengalami
peningkatan.
Dari
8 variabel yang digunakan dalam penelitian ini guncangan yang terjadi pada
nilai kapitalisasi proyek properti, pertumbuhan ekonomi, inflasi, dan total
kredit properti direspon positif oleh pertumbuhan bisnis properti, walaupun
pada awal periode respon NKPP sempat negatif. Sementara variabel-variabel yang
lainnya direspon negatif oleh bisnis properti di Indonesia. Adanya dampak
negatif ini menunjukkan bahwa industri properti berhubungan erat dengan
stabilitas makro serta sangat mudah dipengaruhi oleh guncangan-guncangan
ekonomi.
sumber :
sumber :